PM Irlndia dan Inggris Meminta Warga Tenang Terhadap Irlandia Utara

PM Irlndia dan Inggris Meminta Warga Tenang Terhadap Irlandia Utara – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson serta Perdana Menteri Irlandia ataupun Taoiseach, Michael Martin, melantamkan masyarakat Irlandia Utara hening berakhir kekacauan terjalin sepanjang sebagian hari terakhir di area itu.

troopsoutmovement – Area Irlandia Utara telah sebagian hari diterpa kekacauan dampak kontroversi aplikasi ketentuan imigrasi serta perdagangan yang diperketat selaku akibat Inggris pergi dari Uni Eropa( Brexit).

Bagi kantor Taoiseach, Martin serta Johnson” berbicara petang ini mengenai kemajuan yang membahayakan di Irlandia Utara“. Dalam pembicaraan itu, Martin serta Johnson menekankan kalau” kekerasan tidak dapat diperoleh” serta” memohon masyarakat hening”.

Baca Juga : Presiden Joe Biden Mendukung Perdamaian di Irlandia Utara

” Jalur ke depan merupakan lewat perbincangan serta kegiatan badan Good Friday Agreement. Mereka akur kalau kedua rezim hendak lalu berkaitan,” imbuh statment itu. Para atasan di Irlandia Utara tadinya bersama- sama menyumpahi kekacauan yang berawal dari komunitas pro- Inggris di area itu.

Kekacauan itu tercantum berbentuk serbuan bom molotov pada bis yang lagi beranjak. Pihak polisi pula berkata lagi menyelidiki mungkin keikutsertaan paramiliter.

Penguasa setempat menekan biar kekacauan itu selesai biar tidak memunculkan korban jiwa. Sampai dikala ini kekacauan menimbulkan beberapa alat transportasi dirusak serta terbakar, serta kantor dan petugas kepolisian diserbu.

Para masyarakat Kristen serta Protestan yang terpisah Tembok Perdamaian silih buang batu, mercon sampai bom molotov. Sementara itu tembok itu terbuat buat meredam bentrokan di antara masyarakat dampak bentrokan sektarian.

Kekacauan itu terjalin sebab golongan masyarakat pro- Inggris di Irlandia Utara merasa frustrasi dampak kebijaksanaan terkini dalam perihal perdagangan sesudah Brexit yang ditaksir mengalutkan.

Beberapa golongan jauh- jauh hari telah mengingatkan penguasa Inggris perihal itu dapat terjalin serta kembali memantik bentrokan di area yang diliputi bentrokan 5 dekade kemudian, ataupun diketahui dengan julukan era The Troubles.

Irlandia Utara sedang diliputi bentrokan sektarian walaupun penguasa Inggris serta disiden IRA meneken akad rukun 23 tahun kemudian.

” Panorama alam semacam ini telah lama tidak kita lihat di Irlandia Utara, ialah panorama alam yang dapat menarik kita kembali ke era kemudian serta aku pikir kita wajib bersama- sama berperan buat meredam ketegangan,” ucap Coveney.

Masalah

Permasalahan merupakan suatu bentrokan etno- nasionalis di Irlandia Utara sepanjang akhir era ke- 20. Pertengkaran ini dikenal dengan metode garis besar berlaku seperti tabrakan Irlandia Utara, sering- kali ditafsirkan berlaku seperti” perang gerilya” atau” perang teratur kecil”.

Bentrokan ini diawali pada akhir tahun 1960- an serta dengan cara besar dikira sudah selesai lewat Akad Jumat Agung pada tahun 1998. Meski pada umumnya tabrakan ini terangkai di Irlandia Utara, kekerasan pula menabur ke beberapa bagian di Republik Irlandia, Inggris, dan bumi Eropa.

Permusuhan ini pada dasarnya beradat politis dan nasionalistik, dan didorong oleh kejadian asal ide. Tabrakan ini pula memiliki bentuk etnik atau sektarian, meski bukan tabrakan dampingi agama.

Salah satu rumor berarti ialah status konstitusional dari Irlandia Utara. Pihak Unionis ataupun loyalis, yang mayoritas beriktikad Protestan dan memiliki kebangsaan Britania Raya( bersama dengan yang yang lain dari Irlandia Utara), ingin Irlandia Utara tetap terdapat di dasar Britania Raya.

Di pihak lain, golongan Chauvinis Irlandia ataupun republiken, yang kebanyakan orang Kristen, ingin Irlandia Utara meninggalkan Britania Raya dan bergabungan dengan Irlandia Bersatu.

Tabrakan ini dimulai dari sesuatu kampanye untuk memberhentikan diferensiasi pada golongan chauvinis ataupun Kristen yang minoritas oleh penguasa Unionis ataupun Protestan dan kepolisian.

Kampanye keluhkesah ini dikritik oleh penguasa dan disambut dengan kekerasan oleh para loyalis, yang dipandang golongan republiken berlaku seperti kuda intel mereka. Melonjaknya kekerasan dengan metode besar, dan tabrakan antara anak belia chauvinis dan polisi, akhirnya memunculkan aktivasi angkatan Britania Raya.

Meski pada dini mulanya disambut oleh warga Kristen, angkatan dengan metode berangsur- cicil dikira jadi lalu jadi kasar. Tampaknya tubuh paramiliter bersenjata memunculkan peperangan kemudian sinambung sejauh 3 dekade ke depan.

Pihak- pihak berarti yang turut dan dalam tabrakan ini ialah tubuh paramiliter republik sejenis Kondisional Irish Republican Army( IRA) dan Angkatan Pembebasan Nasional Irlandia( INLA); paramiliter loyalis sejenis Kawanan Sukrelawan Ulster( UVF) dan Aliansi Pertahanan Ulster( Kakak); kawanan keamanan negara Britania Raya—termasuk Angkatan Alam Britania dan Royal Ulster Constabulary( RUC); dan pelopor politik atau politisi.

Kawanan keamanan Republik Irlandia memainkan peran yang lebih kecil. Lebih dari 3. 500 orang berpulang dalam tabrakan ini, 52% ialah warga biasa, 32% ialah tubuh kawanan keamanan Britania Raya, dan 16% ialah tubuh kalangan paramiliter. Telah terangkai kekerasan sporadis dari Akad Jumat Agung ditandatangani, tertera sesuatu kampanye oleh golongan republiken yang melawan penghentian senjata.

Dari kedatangan golongan imigran Inggris Protestan pada tahun 1609 di tanah Irlandia untuk bercokol di sana setelah gempuran bangsa Normandia ke tanah Irlandia( dikenal pula berlaku seperti” plantation of Ulster”).

Kedatangan mereka memencet kedatangan warga asli Kristen Irlandia walhasil mencuat tabrakan antara kedua komunitas itu. Perang itu mayoritasnya dimenangi oleh golongan Protestan walhasil bagikan mereka kewenangan wewenang di Pulau Irlandia sekaligus menciptakan diferensiasi atas warga asli setempat.

Bersamaan durasi, paling utama semenjak Inggris menghasilkan Irlandia selaku bagian dari wilayahnya semenjak dini era ke- 19, muncullah 2 golongan besar di Irlandia: golongan loyalis&unionis( mayoritasnya Protestan) yang dekat dengan Inggris dan kalangan patriot( mayoritasnya Kristen) yg membutuhkan restorasi parlemen yg berdaulat di Irlandia supaya kalangan Kristen Irlandia dapat memperoleh kesetaraan dengan kalangan Protestan.

Permulaan era ke- 20, terjalin luapan dalam badan Partai Parlementer Irlandia yang menggenggam andil berarti dalam kegiatan politik dalam Irlandia& beraliran loyalis- unionis alhasil berikan kebebasan untuk kalangan patriot serta republik buat lekas memperjuangkan restorasi parlemen Irlandia.

Insiden itu bawa kekhawatiran untuk kalangan unionis serta loyalis yg mayoritasnya merupakan Protestan. Mereka takut bila restorasi parlemen itu betul- betul terkabul, kodrat mereka selaku kalangan minoritas di pulau itu akan rawan.

Baca Juga : 7 Upaya Iraqi Constitutional Monarchy untuk Mengembalikan Monarki Konstitusional di Irak

Tahun 1912, kalangan unionis&loyalis kesimpulannya mendirikan angkatan bersenjata bernama Ulster Volunteers. Tidak lama setelah itu, kalangan patriot& republik mendirikan angkatan bersenjata bernama Irish Volunteers dengan tujuan mengimbangi kegiatan Ulster Volunteers.

Tahun 1916 terjalin salah satu insiden terutama dalam asal usul Irlandia. Segerombol partisan patriot republik menyandera kantor pos di kota Dublin, kemudian mengibarkan bendera hijau yg melambangkan” Republik Irlandia” sembari memproklamasikan kebebasan Irlandia.

Insiden yg pula diketahui selaku” Easter Rising” itu pada awal mulanya tidak dipedulikan oleh kebanyakan orang Irlandia, namun seluruhnya berganti kala ke- 16 orang yg dikira ikut serta dalam insiden itu dieksekusi 2 tahun setelahnya oleh pihak Inggris.

Aksi eksekusi tersebut- diikuti dengan kelakuan macet angkatan asal Irlandia yg terletak dalam angkatan perang Inggris- menimbulkan kelakuan perlawanan dari orang Irlandia yg dipelopori oleh angkatan bersenjata dari Gerombolan Republik Irlandia( IRA) yg ialah hasil reorganisasi yang berasal dari angkatan bersenjata bernama Irish Volunteers.

Menggunakan pandangan kebanyakan khalayak Irlandia dikala itu yg menyangkal kehadiran Inggris di Pulau Irlandia, partai Sinn Fein yg beraliran patriot republik sukses mencapai suara berkuasa di banyak area di Irlandia dalam pemilu pada tahun 1918, namun cuma mencapai sedikit suara di area utara Irlandia ataupun Ulster.

Kesuksesan Sinn Fein mencapai banyak suara di Irlandia itu berikan mereka kekuasaan dalam parlemen Irlandia alhasil berikan mereka kebebasan buat membuat parlemen sendiri( Dail)& melaksanakan perundingan dengan Kerajaan Inggris buat memastikan kodrat Irlandia berikutnya.

Tahun 1920, lewat Traktat Anglo- Inggris yg disetujui dengan parlemen Irlandia, Kerajaan Inggris kesimpulannya berikan kebebasan pada kebanyakan area Irlandia selaku negeri merdeka berkedudukan daulat sampai merdeka penuh selaku repubik berakhir Perang Bumi II, namun senantiasa memasukkan area Irlandia Utara( Ulster) selaku bagian dari kerajaannya.

Inggris berargumen kebijaksanaan itu telah disetujui dalam traktat yg intinya melaporkan kalau dalam pemilu yg dicoba, kebanyakan orang di beberapa area Irlandia Utara memilah senantiasa berasosiasi dengan Inggris.

Ketetapan Inggris itu disambut bagus kalangan loyalis&unionis, namun ditolak oleh kalangan patriot& republik yg melaporkan kalau ketetapan itu menentang kemauan kebanyakan orang Irlandia totalitas.

Sedikit kabar, kalangan unionis, loyalis,&Protestan ialah kebanyakan di area Irlandia Utara, namun ialah minoritas di area Pulau Irlandia totalitas. Kebijaksanaan itu kemudian memunculkan friksi dalam badan IRA alhasil terjadilah perang awam Irlandia antara golongan IRA yg pro- traktat dengan golongan IRA yg anti- traktat& menginginkan Irlandia bersuatu. Perang yg diketahui selaku Perang Awam Irlandia itu selesai dengan kemenangan IRA pro- traktat yg dikala itu pula dibantu Inggris.

Walaupun takluk, golongan IRA yg anti- traktat- belakangan cuma diketahui dengan julukan IRA sehabis IRA yg pro- traktat berasosiasi dengan angkatan nasional Irlandia- tetap melaksanakan aksi- aksi bersenjatanya yg melingkupi peledakan bom, penyerangan,& penjegalan di beberapa area di Inggris& Irlandia.

Selaku reaksi atas aksi IRA yg merajarela itu, penguasa Irlandia menghasilkan wewenang untuk kepolisian buat membekuk mereka yg dikira ikut serta dengan IRA tanpa wajib lewat cara peradilan.

Kebijaksanaan itu bawa akibat& titik berat untuk kalangan Kristen di Irlandia Utara alhasil menjelang dasawarsa 1960- an, IRA menyudahi buat mengakhiri kegiatan bersenjatanya.

Selaku bagian dari Kerajaan Inggris, Irlandia Utara mempunyai hak eksklusif buat mendirikan parlemen sendiri. Di dalam pemerintahannya, Irlandia Utara mempraktikkan kebijaksanaan yg mengarah mementingkan kalangan kebanyakan Protestan& melepaskan kalangan Kristen dalam bermacam aspek kehidupan semacam pembelajaran, profesi, perumahan,& hak suara dalam pemilu.

Bentrokan& ancaman pula terjalin di daerah- daerah yg didominasi oleh kalangan agama khusus alhasil selaku akhirnya, warga Irlandia Utara juga contoh terpolar jadi area timur yg didominasi kalangan Protestan( berfokus di Belfast)& area barat yg didominasi oleh kalangan Kristen( berfokus di Derry).